Timur Tengah tak Pernah Dingin, memanas lagi
Kawasan Timur Tengah memang tidak pernah dingin dalam arti baik cuaca maupun kondisi geopolitiknya. Saat inipun peperangan di Palestina vs Israel tambah lagi selain dengan Hizbulloh. Pun Syiria memanas kembali. Pasukan anti Assad mulai bangkit lagi dan tentu saja ini adalah pukulan dari belakang.
Para pejuang Hizbulloh yang di deploy di Suriah mulai mendapatkan pekerjaan baru melawan pasukan dari FSA, Al Nusra dan sebagainya yang didukung oleh Nato tentunya.
Nato yang berada di balik Israel mencoba melemahkan pasukan Hizbulloh yang melawan dengan sengit dan terus menerus mengirimkan roketnya ke Israel.
Kita tunggu saja apakah bentuk strategi militer baru ini akan menjadi game changer baru bagi kondisi di wilayah Levant ini.
Cita-cita bintang biru untuk menguasai Levant memang tidak main-main. Berbagai upaya dimaksudkan untuk penguasaan ini. Iran yang memperoleh ribuan sanksi dari barat, serta Russia, seakan harus melawan raksasa-raksasa kekuatan dari Barat yang tidak main-main. Mungkin perang ini bukan lah urusan keumatan. Namun memang begitulah adanya, bagaimana pihak-pihak tersebut terbentuk dan saling membentur.
Berarti saat ini sudah ada 3 perang yakni Rusia Ukraina, Palestina dan di wilayah Suriah. Entah wilayah Levant ini disajikan dalam satu perang saja atau bukan. Namun tentu ini menambah kecemasan kita akan pergerakan geopolitik yang semakin parah ini. Bagaimana nanti efeknya pada perdagangan dan perekonomian dunia. Tentu peperangan tidak memberikan dampak yang baik bagi perekonomian dan perdagangan dalam sudut pandang biasa. Dalam sudut pandang para pedagang senjata atau pebisnis perang tentu akan berbeda.
Comments
Post a Comment